BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai sejarah lahirnya pancasila mendorong semangat
kami untuk menyusun makalah ini. Makalah ini mndeskripsikan periodisasi
tahap-tahap perkembangan sejarah Indonesia. Membandingkan karakteristik setiap
periode sejarah Indonesia untuk mencari kesinambungan sejarah Indonesia.
Menginterprestasi peristiwa sejarah dalam setiap periode untuk menemukan
nila-nilai persatuan Indonesia. Sejarah Pancasila tidak dapat dipisahkan dari
sejarah bangsa Indonesia.
Seperti yang telah kita ketahui,
Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia.Kenyataannya bahwa
ternyata banyak sekarang warga Indonesia sendiri lupa dan sudah asing dengan
pancasila itu sendiri. Ini tentu menjadi tanda tanya besar kenapa dan ada apa
dengan kita sebagai anak bangsa yang justru besar dan mengalami pasang surut
masalah negari ini belum bisa mengoptimalkan tentang pengamalannilai-nilai
Pancasila tersebut. Terlebih lagi saat ini dengan jaman yang disepakati dengan
nama Era Reformasi yang terlahir dengan semangat untuk mengembalikan tata
negara ini dari penyelewengan-penyelewengan sebelumnya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang telah dipaparkan. Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah latar
belakang sejarah lahirnya pancasila ?
2. Bagaimanakah sejarah
pergerakan Indonesia ?
3. Bagaimanakah proses
Indonesia menuju kemerdekaan ?
C.
Tujuan
Makalah ini disusun
dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan
latar belakang sejarah lahirya pancasila.
2. Menjelaskan sejarah
pergerakan Indonesia.
3. Mendeskripsikan
proses Indonesia menuju kemerdekaan.
D.
Manfaat
Makalah ini disusun
agar dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Memberikan wawasan
kepada pembaca mengenai sejarah lahirnya Pancasila.
2. Manfaat bagi penulis
yakni penulis dapat lebih mendalami dan mempelajari tentang sejarah lahirnya
pancasila serta dapat melatih penulis dalam pembuatan makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
LATAR BELAKANG
SEJARAH
Masuknya agama-agama besar di
Nusantara menandai dimulainya kehidupan beragama pada masyarakat. Di Indonesia
agama hindu adalah agama pertama yang masuk pada abad ke-7. Agama yang
berdasarkan kitab suci Weda masuk ke Indonesia dari India hingga sekarang
peninggalannya yang berupa candi-candi masih berdiri megah seperti Candi
Prambanan dan Candi Sari. Masuknya agama Budha sebagai agama yang diajarkan
Sidharta Gautama, yaitu orang yang telah mencapai kesempurnaan Buddhisme. Agama
yang dikembangkan Sidharta Gautama ini mengajarkan bahwa kesengsaraan bagian
kehidupan yang tidak terpisahkan dan orang dapat membebaskan diri dari kesengsaraan
dengan menyucikan mental dan moral diri pribadi.
Kedua ajaran tersebut cukup lama
berpengaruh di seluruh aspek kehidupan masyarakat Nusantara. Tradisi Jawa
sekarang juga merupakan bentuk akulturasi budaya dengan Hindu seperti sesaji,
tabur bunga di makam sampai penghormatan terhadap leluhur. Dalam bidang
politik, ajaran Hindu-Budha berpengaruh pada kerajaan-kerajaan sebelum
datangnya agama Islam.
Sebagai tempat dekat dengan bandar
perdagangan Samudra Pasai maupun Selat Malaka maka di Nusantara terjadi kontak
dengan berbagai bangsa termasuk pedagan Gujarat yang membawaAjaran Islam masuk
ke Indonesia. Proses Islamisasi Indonesia dilakukan oleh wali-wali. Pada abad
ke-13 sudah banyak pemeluk Islam di Nusantara terbukti dari berbagai peninggalan sejarah.
Bagaimana agama-agama merubah kehidupan dan pandangan masyarakat dapat dilihat
pada sistem sosial-ekonominya. Oleh karenanya sistem mengharuskan suatu
keterbukaan, saling mengenal adat-istiadat yang berbeda-beda dan saling
toleransi. Sistem keterbukaan tersebut menjadi conditio sine qua non bagi
perdagangan dan dapat mengurangi sistem feudal (Sartono Kartodirdjo, 1987:19).
Kota-kota pelabuhan tidak hanya
menciptakan kontak sosial tetapi juga menyediakan ruang sosial untuk perubahan
dan pembaruan. Kota-kota pelabuhan atau pantai terdapat protagonis Islam,
seperti di Tuban, Gresik dan Cirebon. Gaya hidup masyakat Islam di Tuban
berkembang menunjukan cirri-ciri abangan, yaitu adanya campuran Islam dan
Jawa-Hindu. Sebagai vasal Majapahit, penguasa Tuban sejak lama dapat
mempertahankan otonominya, sehingga pemeluk agama Islam tidak akan menimbulkan
tentangan hebat dari Majapahit. Disisi lain persaingan perdagangan telah
menimbulkan pengelompokan pedagang. Adanya ketergantungan penjual pada pembeli
mendorong orientasi hubungan lain terutama pada pembeli yang kuat, seperti
pedagang Arab, Gujarat, Persi, Benggala, mereka punya wibawa terhadap pedagang
Jawa. Agama dan kebudayaan mereka dipandang sebagai pretise oleh pedagang Jawa,
sehingga sudah diciptakan kecenderungan menerima agama baru itu.
Otonomi juga member kecenderungan
untuk memeluk agama Islam, karena bagi peguasa lokal agama islam merupakan
lambang dan sebagai kekuatan menghadapi kekuasaan pusat yang berideologi Hindu.
Konversi keagamaan Islam mempermudah hubungan perdagangan internasional yang
sebagian besar sudah mereka kuasai. Di lain pihak kekuasaan pusat dengan agama
Hindu dan Budha mengalami kemerosotan bersamaan dengan disintegrasi politik dan
degenerasi kultural. Akibatnya terciptalah kondisi yang baik bagi suatu
perubahan. Dalam politik juga kemudian lahir kerajaan-kerajaan Islam di Pantai
Utara Jawa.
Gambaran persebaran Islam menunjukan
proses yang cepat terutama di Jawa, Proses Islamisasi yang cepat sampai ke
wilayah-wilayah lain di Nusantara menunjukan pengaruh agama bagi kehidupan
manusia. Sampai kemudian perdagangan juga membawa kontak dengan Bangsa Eropa
yang seperti halnya bangsa-bangsa Asia yang selain melakukan perdagangan juga
menyebarkan agama yaitu Agama Katholik dan Agama Kristen yang diterima sebagai
agama dan kepercayaan yang melengkapi agama-agama sebelumnya. Pada saat
Indonesia menjadi Negara merdeka maka kelima agama yaitu : Hindu, Budha, Islam,
Katholik, dan Kristen menjadi agama yang diakui dan disyahkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945. Setelah Reformasi agama Kong Hu Chu juga diterima dan
menjadi agama keenam yang diakui Negara.
B.
SEJARAH PERGERAKAN
INDONESIA
Sebelum negara Indonesia terbentuk
17 Agustus 1945, bentuk pemerintahan di Indonesia adalah kerejan. Sejarah
Indonesia mencatat ada dua kerajaan besar di Indonesia yaitu Kerajaan Sriwijaya
dan Kerajaan Majapahit. Berdasarkan prasasti Muara Takus Sriwijaya terletak di
Palembang.pada saat ituPalembang dikenal sebagai pusat ziarah agama Buddha
(Sartono Kartodirjo, dkk,1977:53).
Kekuasaan Sriwijaya meliputi wilayah
Sumatra, Semenanjung Malaka, dan Jawa. Namun pada awal abad ke-15 muncul
beberapa kerajaan Isalam di Utara Sumatra dan hal ini menyebabkan berakhirnya
kekuasankerajaan Hindu-Buddha di Sumatra termasuk Sriwijaya.
Majapahit merupakan kerajaan
terbesar ke-2 yang wilayahnya meliputi sebagian besar Nusantara. Bahkan
kekuasaannya mencapai negara-negara di Asia Tenggara dalam bentuk persahabatan.
Gajah Mada sebagai patih di jaman pemerintahan Hayam Wuruk telah menjadikan
Majapahit sebagai kerajaan besar dan berkuasa, hal itu dilakukan setelah ia
mengucap sumpah Palapa (Rukiyati, dkk. 2013: 35)
Tahun 1364 Gajah Mada wafat,hal
tersebut menjadi awal mula keruntuhan Majapahit. Kapan keruntuhan Majapahit
juga banyak versi yang berbeda (Sartono, dkk. 1977: 272). Akan tetapi berdasar
berita lain kerajaan ini runtuh setelah kekuasaannya jatuh ke tangan Adipati
Unus dan beralih mnjadi kerajaan Islam bernama kerajaan Demak.
Awal abad ke-16 bangsa Eropa mulai
datang ke Indonesia. Diawali oleh kedatangan Portugis yang kemudian diikuti
oleh Belanda. Kedatangan Belanda diawali oleh Cornellis de Houtman di Banten
tahun 1596. Kemudian diikuti oleh pedagang-pedagang yang lain. Karena banyaknya
pedagang dikawatirkan akan terjadi persaingan yang merugikan Belanda yang
kemudian Belanda membentuk VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) pada tahun
1602 (Adi Sudirman. 2014: 250-251).Kekuasaan Belanda terus berlangsung sampai
tahun 1942. Kekuasaan Belanda berakhir setelah kedatangan Jepang ke Indonesia.
Kedatangan Jepang ke Indonesia
awalnya disambut baik oleh Rakyat Indonesia, karena Jepang melakukan propaganda
yang meyakinkan bahwa mereka datang bukan untuk menjajah. Akan tetapi pada
kenyataannya Jepang menjadikan Indonesia sebagai daerah penyuplai bahan bakar,
menjadikan Indonesia sebagai tempat pemasaran hasil industri, dan sebagai
tempat untuk memperoleh tenaga buruh (Adi Sudirman. 2014: 283-285)
Pada awalnya perjuangan melawan
penjajah dilakukan secara kedaerahan, namun cara tersebut selalu dapat ditumpas
oleh penjajah. Hal tersebut karena belum adanya persatuan yang kuat. Namun
setelah tahun 1908 yaitu tahun berdirinya Budu Utomo pergerakan bangsa mulai
ada persatuan. Persatuan itu semakin bertambah kuat setelah adanya sumpah
pemuda pada 28 Oktober 1928. Dan pergerakan secara nasional semakin kuat setelah
berdirinya berbagai organisasi seperti SDI, Indische Partij, PNI, dan GAPI.
Dengan adanya organisasi yang bersifat nasional tersebut maka rakyan Indonesia
akhirnya dapat merebut kemerdakaan dari para penjajah dan dapat merumuskan
dasar negara (http://sejarahramona.blogspot.com/ di download jam 20.15 WIB tgl 24-9-2014).
C.
MENUJU KEMERDEKAAN
Masa
penjajahan Portugis berakhir pada tahun 1602 setelah Belanda masuk ke Indonesia.
Belanda masuk ke Indonesia melalui Banten di bawah pimpinan Cornelius de
Houtman. Belanda ingin menguasai pasar rempah-rempah di Indonesia dengan
mendirikan Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) di Banten pada tahun 1602.
Karena pasar di Banten mendapat saingan dari pedagang tionghoa dan inggris maka
kantor VOC pindah ke Sulawesi Selatan. Di Sulawesi Selatan, VOC mendapat
perlawanan dari Sultan Hasanuddin. Berbagai perjanjian dibuat. Salah satunya
adalah perjanjian Bongaya. Akan tetapi, Sultan Hasanuddin tidak mematuhi
perjanjian tersebut dan melawan Belanda. Setelah berpindah-pindah tempat,
akhirnya VOC sampai d Yogyakarta. Di Yogyakarta, VOC menandatangani perjanjian
Giyanti yang isinya adalah Belanda mengakui mangkubumi sebagai Sultan Hamengkubuwono
1.
Perjanjian Giyanti juga memecah kerajaan
Mataram menjadi Kasunan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Lalu, akhirnya VOC
dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1800 setelah Belanda kalah dari Perancis.Pada
1870 Belanda telah membuat kebijakan untuk daerah koloninya yang disebut Hindia
Belanda ni dengan “liberalisasi”. Ide-ide liberal yang berkembang di Nederland
telah memberi pengaruh kuat terutama dalam bidang ekonominya. Ajarannya di
bidang ekonomi yakni menghendaki dilaksanakannya usaha-usaha bebas dan
pembebasan kegiatan ekonomi dari campur tangan Negara atau pemerintah (G.
Mudjanto : 1989: 19). Kaum liberal pada dasarnya kurang memperhatikan
kesejahteraan rakyat sehingga banyak mendapat kritik, diantaranya dari C.Th.
Van Deventer yang menulis di majalah de Gids 1899 berjudul Een Eereschuld atau
Debt of Honour atau Balas Budi. Dikatakan oleh Van Deventer bahwa kemakmuran
Belanda diperoleh karena kerja dan jasa orang Indonesia. Oleh karena itu
Belanda harus menyelenggarakan Trias : irigasi, emigrasi dan edukasi. Berkaitan
dengan pengajaran, yang dilaksanakan hanyalah pengajaran tingkat rendah,
tujuannya untuk memenuhi kebutuhan akan pegawai rendahan, mandor-mandor atau
pelayan-pelayan yang bisa membaca dan upah mereka lebih rendah dari pelayan
kulit putih. Sesudah 1900 sifat perlawanan mengalami perubahan yaitu,
perlawanan bersifat nasional, perlawanan positif dengan senjata taktik modern,
diplomasi (model barat).
Oleh karna itu masyarakat telah menggunakan
bahasa Melayu sebelum nasionalisme berkembang dan justru membuat pemerintah
Belanda bergetar, karena bahasa mampu menjadi senjata psikologis untuk aspirasi
nasional bangsa Indonesia (George Mc Tunan Kahin: 1995:51). Sementara
itu Jepang mengalahkan Sekutu di Pearl Harbour pada 8 Desember 1941 dan
kemudian mengambil alih kekuasaan Belanda di Indonesia pada tahun 1942. Janji
Jepang akan membebaskan Indonesia dari penjajahan dan memajukkan rakyat
Indonesia. Janji Jepang baru mulai direalisir setelah Jepang makin terdesak
oleh Sekutu. Sekutu segera bangkit dari kekalahan Jepang dan mulai merebut
ulau-pulau antara Australia dan Jepang pada April 1944 mendarat di Iriaan Barat.
Pemerintahan
Jepang di Indonesia berakhir setelah Jepang kalah dari tentara sekutu di Perang
Dunia II. Dua kota di Jepang yaitu Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom oleh
tentara sekutu. Setelah mendengar adanya kekalahan Jepang, dibentuklah BPUPKI
(Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi
Cosakai yang diketuai oleh Radjiman Widyodiningrat. Nama BPUPKI diganti menjadi
PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Inkai untuk
lebih menegaskan keinginan dan tujuan bangsa Indonesia untuk merdeka. Soekarno,
Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua
BPUPKI diterbangkan ke Dalat, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi.Pancasila
Pra Kemerdekaan Dr. Radjiman Wediodiningrat, selaku Ketua Badan dan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK), pada tanggal 29 Mei 1945, meminta kepada
sidang untuk mengemukakan dasar (negara) Indonesia merdeka, permintaan itu
menimbulkan rangsangan anamnesis yang memutar kembali ingatan para pendiri
bangsa ke belakang; hal ini mendorong mereka untuk menggali kekayaan
kerohanian, kepribadian dan wawasan kebangsaan yang terpendam lumpur sejarah
(Latif, 2011: 4).
Begitu lamanya penjajahan di bumi
pertiwi menyebabkan bangsa Indonesia hilang arah dalam menentukan dasar
negaranya. Dengan permintaan Dr. Radjiman inilah, figur-figur negarawan bangsa
Indonesia berpikir keras untuk menemukan kembali jati diri bangsanya. Pada
sidang pertama BPUPKI yang dilaksanakan dari tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan pembahasan makalah
ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Masuknya agama-agama
besar di Nusantara menandai dimulainya kehidupan beragama pada masyarakat.
2. Sebelum Negara
Indonesia terbentuk pada 17 agustus1945, bentuk pemerintahan adalah
kerajaan-kerajaan baik besar maupunkecil yang tersebar di Nusantara.
3. Kontak dengan bangsa
Eropa telah membawa perubahan-perubahan dalam pandangan masyarakat yaitu dengan
masuknya paham-paham baru, seperti liberalism, demokrasi, nasionalisme.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Sudirman. 2014. Sejarah Indonesia Lengkap. Yagyakarta: Diva
Press.
Moedjanto,G,.1989. Indonesia Abad Ke-20 I Dari
Kebangkitan Nasional sampai
Linggarjati. Yogyakarta: Kanisius.
Sarjono Kartonodirdjo, 1987. Pengantar Sejarah
Indonesia Baru: 1500-1900 Dari Emporium Jilid I. Jakarta: PT Gramedia.
Sartono Kartodirdjo, dkk. (ed). 1995. Sejarah
Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.
Rukiyati,M.Hum., dkk. 2013. Pendidikan
Pancasila. Yogyakarta: UNY Press.
silahkan anda mengcopas dan menyebarluaskan artikel ini tapi jangan lupa harus mencantumkan blog kami dan meninggalkan komentarnya :) terimakasih sudah berkunjung
0 komentar:
Posting Komentar